Terbaru

Sambut Hari Kartini, Yayasan Holi'ana'a Gelar Publik Hearing Tentang Perempuan Nias

Publik Hearing oleh yayasan Holi'ana'a
|Foto: Budi Gea

Gunungsitoli,- Dalam rangka peringatan hari kelahiran RA Kartini, Yayasan Holi'ana'a menggelar Publik Hearing atau Dialog Interaktif untuk memetakan kembali faktor pendukung dan penghambat kemajuan perempuan dalam adat atau budaya Nias di LTC Yayasan Holi'ana'a, Desa Simanaere, Kecamatan Gunungsitoli Idanoi, Kota Gunungsitoli, Jumat (20/04/2018).

Dialog interaktif yang dihadiri oleh perwakilan komunitas adat, pemerintah, NGO, aktivis perempuan, Akademisi, Lembaga Agama, Lembaga Hukum, Lembaga Budaya dan Media itu mengangkat tema 'Masihkah Adat Membelenggu?, dengan sub tema 'Potret Perempuan Dalam Adat atau Budaya Nias Terkini'.

Publik Hearing itu menghadirkan dua orang narasumber yakni Sarofati Gea, S.Th, mantan bishop AMIN pendeta sekaligus aktivis pemberdayaan masyarakat yang berpengalaman membedah isu gender dalam perspektif agama dan adat istiadat dan Happy Suryani Harefa, S.Si yang merupakan Direktur Yayasan Holi'ana'a sekaligus staf ahli gender yayasan Holi'ana'a dan merupakan aktivis perempuan.

Pantauan wartanias.com, seluruh peserta dialog diberi kesempatan untuk menyampaikan pendapat seperti apa potret perempuan dalam adat atau budaya Nias terkini sehingga kesetaraan gender bisa bisa diwujudkan. Adat istiadat dan budaya Nias terakit perempuan Nias pun dibahas pada dialog tersebut.

Direktur Yayasan Holi'ana'a Happy Suryani Harefa mengatakan bahwa Publik Hearing itu digelar untuk menghimpun data dan informasi tentang kemajuan dan ketertinggalan perempuan Nias dan praktek adat terkini yang berkorelasi dengan kemajuan dan ketertinggalan perempuan Nias.

"Selain itu, dialog ini juga sekaligus untuk meninjau hasil Fondrako yang membawa ketidakadilan bagi perempuan," ujarnya.
Ia menambahkan bahwa Dialog itu juga nantinya akan membentuk kelompok kerja seminar dan memberi rekomendasi bahan studi untuk seminar tahun 2019 mendatang.

"Hasil kegiatan ini kemudian akan diformulasikan oleh sebuah kelompok kerja untuk diseminarkan pada tahun yang akan datang, sehingga bisa menjadi sebuah referensi bagi komunitas-komunitas adat di Pulau Nias," tambahnya. (Budi Gea)

Iklan

Loading...
 border=