Sihar Sitorus Bertemu Penenun Ulos di Pematang Siantar
Sihar saat mencoba alat tenun di Siantar |Foto: istimewa |
PEMATANG SIANTAR, – Pertemuan dengan Perempuan bernama Mercyana Nainggolan merupakan hal yang spesial bagi Calon Wakil Gubernur (Cawagub) Sumatera Utara (Sumut) Sihar Sitorus. Dari wanita penenun ulos itu, Sihar mendapatkan pengetahuan baru yang berharga mengenai ulos.
Perempuan penenun yang disapa Calon Wakil Gubernur (Cawagub) Sihar Sitorus di pertenunan Romiduk di Jalan Mual Nauli III, No. 1, Siopat Suhu, Pematang Siantar menjelaskan kepada pasangan Djarot Saiful Hidayat itu bertenun itu merupakan hal yang sangat nikmat.
Karena baginya, selain menambah pendapatan secara ekonomi, mereka juga melanjutkan kelestarian kearifan lokal. Khususnya dari sudut pengembangan ekonomi kreatif yang menunjukkan kelokan.
Dibantu alat tenun bukan mesin bernama kacukcak, perempuan berusia 21 tahun tersebut mampu menghasilkan hingga 20 helai ulos dalam satu bulan. "Menguntai benang itu harus sangat hati-hati pak. Karena benangnya bisa cepat putus. Bapak mau coba," katanya menawarkan kepada Sihar, Rabu (21/3).
Dengan senyuman Sihar menjawab dan langsung menggantikan posisi Mercyana Nainggolan. Tangan Sihar kemudian memegang alat tenun tersebut dan mulai menguntai benang menirukan cara kerja Mercyana Nainggolan di kilang tenun milik K Simbolon tersebut.
"Wah, ternyata tidak mudah. Kita harus memberikan nilai tambah kepada para penenun. Karena mereka sudah mengambil peran dalam mempertahankan budaya dengan cara yang tidak mudah," kata Sihar kepada Mercyana Nainggolan.
Sihar mengatakan, jika ulos punah maka akan ada nilai filosofi yang hilang juga. Karena itu, harus diberikan jaminan kepada penenun agar terus berkarya dengan memberikan nilai tambah kepada penenun.
"Salah satu solusinya lewat pengembangan Usaha Kecil Menengah (UKM) berbasis industri kreatif,” ujarnya.
Pengusaha yang mendampingi Sihar Sitorus, Mangapul Simbolon mengatakan, ulos yang mereka tenun umumnya di gunakan untuk acara adat Batak. Ulos itu ditenun memenuhi kebutuhan masyarakat.
Namun saat ini, persaingan usaha sangat tinggi. Bukan hanya sesama penenun, persaingan dengan pabrikasi pun sudah mulai terjadi dan dikawatirkan akan berdampak pada punahnya tenunan bukan mesin.
Lelaki yang juga ketua The Lover's relawan untuk Djoss itu mengatakan, kedepan pemerintah harus mengambil peran dalam pengembangan ulos. (red/rls)