Sihar Kagum Sosok Almarhum Abdullah Eteng
Sihar sitoruS |Foto: istimewa |
MEDAN - Calon Wakil Gubernur (Cawagub) Sumatera Utara, Sihar Sitorus mengaku kagum akan sosok almarhum Abdullah Eteng dan menurutnya beliau patut menjadi panutan pemimpin saat ini.
Hal tersebut diungkapkan Sihar saat menghadiri peringatan 30 tahun meninggalnya Abdullah Eteng di kediamannya Jalan Sisingamangaraja KM 13,5, Senin (23/4/2018).
Katanya, pengalaman almarhum menjadi satu-satunya yang pernah menjabat sebagai Bupati di tiga kabupaten berbeda. Yakni, Bupati Asahan periode 1956-1964, Bupati Karo selama 4 tahun dan menjabat Bupati Deliserdang lebih kurang 1 tahun.
"Mungkin almarhum adalah sosok satu-satunya yang pernah menjabat itu," aku Sihar.
Katanya, pengalaman almarhum yang lahir di Labuhanbatu, 12 Maret 1912 dan meninggal dunia 19 September 1988 pada umur 76 tahun, di bidang politik pun patut diapresiasi. Menjabat Ketua DPD Partai Nasional Indonesia (PNI) Sumut periode 1968-1973 dan Ketua DPD PDI Perjuangan Sumut periode 1973-1981 serta menjadi anggota DPR RI 1977-1982.
Pendamping Calon Gubernur Sumatera Utara Djarot Saiful Hidayat yang diusung PDI Perjuangan dan PPP itu pun tak memungkiri jika almarhum Abdullah Eteng juga memiliki peran perjuangan. Perjuangan mengusir penjajah Belanda, almarhum memimpin Gerakan Rakyat Indonesia (Gerindo) Cabang Asahan tahun 1938 hingga 1942. "Saya kira, beliau harus menjadi sosok yang patut diteladani," tutur wakil gubernur dari paslon nomor urut dua itu.
Sedangkan putri pertama almarhum, Kumalasari AE yang mewakili keluarga mengatakan, kegiatan ini sebagai rangkaian dari memperingati mengenang sang ayah yang meninggal dunia 30 tahun lalu. Juga dirangkai dalam menyambut bulan suci Ramadhan.
"Keluarga mengundang tokoh-tokoh masyarakat, termasuk Pak Djarot dan Pak Sihar. Harapan kami, semoga mereka sukses membangun Sumatera Utara ini ke depannya," harapnya.
Sihar pun turut mengikuti prosesi adat tepung tawar. Prosesi tepung tawar dimulai dari Sihar duduk di atas sofa, yang kemudian badannya disematkan kain sarung. Satu persatu keluarga dan yang dianggap sebagai orangtua, bergiliran mengepungtawari Sihar. Hal yang sama juga dilakukan terhadap Djarot yang terlebih dahulu hadir. (red/rls)