Dosen Fisip USU: Publik Meragukan Hasil Survei CEPP Fisip USU
MEDAN - Adanya perbedaan hasil survei dari sejumlah lembaga dalam jelang pemungutan suara dalam Pemilihan Gubernur Pilgub Sumatera Utara Sumut 2018 dinilai jangan sampai membingungkan publik. Seharusnya masyarakat dapat memilih dengan rasional dengan mengesampingkan hasil survei yang tidak didasari metodologi yang jelas.
Hal tersebut disampaikan oleh akademisi Fisip Universitas Sumatera Utara (USU) Henri sitorus, Msc PhD. Menurutnya hasil survei yang dipaparkan oleh salah satu lembaga tidak bisa dijadikan acuan apabila hasil tersebut dipaparkan tanpa alasan yang jelas.
"Survei itu harus menjelaskan metodologi dan cara pemilihan sampelnya serta batas errornya. Serta harus benar-benar mencerminkan realita, karena itu seleksi responden harus mewakili populasi," katanya.
Lebih lanjut, Dosen Sosiologi Fisip USU, dan juga pengajar Pascasarjana Studi Pembangunan dan PSL itu mengatakan bahwa hasil Center for Election and Political Party (CEPP) berbeda dengan Indo Barometer kemungkinan besar. Bisa jadi pengambilan sampelnya berbeda.
"Maka sebaiknya sampel juga dideskripsikan dan tidak bias. Dan waktu melakukan survei harus betul-betul dijelaskan. Kalau tidak dijelaskan, publik meragukan," ujarnya.
Intinya menurut Henri, survei itu harus independen serta harus dilihat siapa yang membiayai survei. "Jauh dari kepentingan SARA dan masyarakat juga harus menjadi pemilih rasional untuk memajukan Sumut," katanya.
Sekadar untuk diketahui, Center for Election and Political Party (CEPP) Fisip Universitas Sumatera Utara (USU) melansir hasil surveinya terkait Pilgub Sumut. Pasangan nomor urut 1, Edy Rahmayadi-Musa Rajekshah (Eramas), dinyatakan unggul jauh dari pasangan nomor urut 2, Djarot Saiful Hidayat-Sihar Sitorus (Djoss).
Dikutip dari salah satu media online, peneliti CEPP Fisip USU, Akhyar Anshori pada diskusi yang bertajuk 'Membaca Peta Pilgubsu 2018' di Pulau Biru Coffee, Medan mengatakan bahwa jika Pilgub Sumut dilaksanakan akhir Mei hingga awal Juni ini, maka Eramas unggul 53,1 persen, sedangkan Djoss 35,7 persen dan yang belum menentukan pilihan 11,2 persen.
Hasil survei CEPP Fisip USU ini hanya dipublikasikan sehari setelah Indo Barometer menyampaikan hasil surveinya. Berbeda dengan CEPP Fisip USU, dari hasil survei lembaga ini justru pasangan Djoss unggul dengan 37,8 persen, sementara Eramas hanya 36,9 persen.
Keunggulan pasangan Djoss ini dipengaruhi oleh faktor penilaian masyarakat terhadap masing-masing calon yang bertarung. Dalam survei tersebut, elektabilitas Djarot juga unggul atas Edy. Djarot meraih 37,0 persen sedangkan Edy 36,1 persen.
Hal yang sama terjadi pada sosok wakil mereka. Sihar jauh unggul dengan 34,0 persen dibanding Musa Rajekshah yang hanya 28,5 persen. (red/rls)