Terbaru

Kadis Pertanian: Daging Babi Terjangkit Virus ASF Aman Untuk Dikonsumsi, Ini Caranya

Kadis Pertanian Kota Gunungsitoli Oimolala Telaumbanua 
Gunungsitoli,- Saat ini stigma masyarakat khususnya Pulau Nias tentang daging babi menjadi berbeda karena adanya wabah virus ASF yang menyerang babi sehingga banyak masyarakat yang berpikiran untuk tidak mengonsumsi daging babi. Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Pemko Gunungsitoli menyatakan bahwa daging babi yang terjangkit virus ASF masih aman untuk dikonsumsi asal di masak dalam air panas dengan suhu 100 derajat Celsius. 

Hal itu disampaikan Kepala Dinas Pertanian dan ketahanan pangan Pemerintah Kota Gunungsitoli Oimolala Telaumbanua saat dikonfirmasi Wartanias.com, Jumat (15/05/2020). 

"Babi yang terjangkit virus ASF bisa di makan manusia dengan syarat dimasak dengan panas 100°c dan dihindari makan dalam bentuk dibakar karena suhu api yang digunakan untuk membakar tidak dijamin 100 derajat Celsius," jelas Oimolala. 

Dijelaskannya, pada suhu panas 100 derajat Celsius, virus tersebut akan mati. 

"Pada suhu/panas 100°C Virus tersebut akan mati," tuturnya. 

Agar lebih aman, Ia menyarankan kepada masyarakat khususnya Kota Gunungsitoli yang ingin mengkonsumsi daging babi supaya membelinya di rumah potong hewan babi (RPH-B) yang terletak di belakang pasar Beringin milik Pemko Gunungsitoli. 

"Karena di RPH-B, sebelum di potong terlebih dahulu dilakukan periksaan kesehatan hewan oleh petugas kesehatan hewan," tambahnya. 

Sebelumnya, Kepala Dinas Kesehatan Kota Gunungsitoli Wilser Napitupulu saat dikonfirmasi berpendapat agar masyarakat untuk sementara tidak mengkonsumsi daging babi yang sudah terjangkit virus ASF tersebut, walupun belum ada bukti kuat bahwa virus ASF tidak bisa menular ke manusia. 

"Lagi pula tidak semua daerah terkena virus ASF. Tapi itu pendapat pribadi saya, namun sebaiknya di konfirmasi di dinas Pertanian dan Peternakan karena disana gaweannya itu," ujarnya.

Untuk diketahui, saat ini seribu ekor lebih babi milik warga di Kota Gunungsitoli mati mendadak karena virus ASF. Para pelaku usaha dan peternak babi juga merasakan dampak ekonomi yang menurun drastis akibat wabah tersebut. (Budi Gea

Iklan

Loading...
 border=