Terbaru

Sowa’a Laoli: Marhaenisme Penjaga NKRI

Wakil Wali Kota Gunungsitoli Sowa’a Laoli |Foto: dok wnc 

Gunungsitoli,– Wakil Wali Kota Gunungsitoli Sowa’a Laoli, S.E., MSi mengatakan bahwa Ideologi marhaenisme satu-satunya paham yang menjaga Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), Pancasila dan Undang-undang Dasar Tahun 1945. Oleh karena itu setiap kader dan alumni Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) harus mampu mengimplementasikannya dalam sendi-sendri kehidupan masyarakat.


Hal itu dikatakan Sowa’a saat menyampaikan sambutan mewaliki kepala daerah se Pulau Nias pada Konferensi Cabang (Konfercab) ke-3 Persatuan Alumni Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia Cabang Nias (PA GMNI) yang diselenggarakan Dian Otomosi Hotel Jl. Yossudarso Kota Gunungsitoli, Sabtu (27 Maret 2021).

“Saya sering membaca buku-buku Bung Karno (Ir. Soekarno Presiden Pertama Republik Indonesia) maka saya pikir Marhaenisme inilah yang mampu menjaga NKRI ini” ungkap Sowa’a yang disambut dengan yel-yel marhaen oleh peserta Konfercab.

Lelaki yang kembali terpilih sebagai Wakil Wali Kota Gunungsitoli untuk periode 2021-2024 pada pemungutan suara 9 Desember 2020 yang lalu, meyakini bahwa jika alumni GMNI yang sudah berada diberbagai lini saat ini telah mengimplementasikan marhaenisme.

"Untuk itu, hal ini terus diperjuangkan agar cita-cita Trisakti Bung Karno yakni Berdaulat Dalam Politik, Berdikari di Bidang Ekonomi dan Berkepribadian dalam Kebudayaan dapat dirasakan seluruh masyarakat Indoensia terutama di Kabupaten Nias, Kota Gunungsitoli, Nias Barat dan Nias Utara," tegasnya.

Lelaki yang akrab disapa oleh Ama Mulia itu, sangat mengapresiasi pelaksanaan Konfercab ke-III PA GMNI ini yang mana mampu menyatukan seluruh alumni di Pulau Nias.

“Acara ini luar biasa. Mampu menyatukan alumni yang berada diberbagai elemen," ujarnya.

Hal senada juga disampaikan Sekretaris Jenderal PA GMNI Ugik Kurniadi saat membuka acara dimaksud secara meeting zoom.

"Bahwa untuk menjawab tantangan zaman saat ini agar Pancasila, UUD 1945 dan NKRI tetap utuh maka Ideologi Marhaenisme-lah jawabannya," ucap Ugik.

Lanjut Ugik, Pulau Nias merupakan pulau terluar Indonesia di bagian barat yang berbatasan langsung dengan Samudera Hindia. Oleh karena itu kader harus mampu bersinergi kepada stackholder seperti TNI dan Polri untuk membentengi aliran yang hendak memecah-belah NKRI ini.

Lanjut Ugik, sebagai upaya yang dilakukan oleh Persatuan Alumni GMNI sendiri tetap melaksanakan regenerasi pengkaderan.

“Seluruh provinsi sudah terbentuk Dewan Pimpinan Daerah (DPD). Sedangkan untuk ditingkat Kabupaten/Kota sudah ada Dewan Pimpinan Cabang (DPC) sebanyak 217 cabang," terangnya.

Pelaksanaan Konfercab ke-IIi, PA GMNI Nias itu diharapkan Ugik kepada pengurus yang terpilih harus mampu bersinergi kepada seluruh kepala daerah dan Forkompida agar kesejahteraan masyarakat terwujud.


Sementara itu, Ketua Cabang PA GMNI Nias demisioner Meiman Kristian Harefa, S.Sos., M.SP mengatakan bahwa proses pelaksanaan pemilihan pimpinan dilaksanakan secara demokrasi terpimpin.

"Ideologi Marhaenisme itu yang utamanya dalam berkegiatan adalah musyawarah untuk mufakat. Artinya, sebelum pelaksanaan kegiatan sudah ada diskusi dijajaran semua kader siapa yang menjadi pengendali organisasi," ungkapnya.

Pada kegiatan pembukaan, Konfercab PA GMNI itu juga dihadiri oleh Polres Nias dan TNI 0213/Nias  dan beberapa undangan lainnya. (Budi Gea)

Iklan

Loading...
 border=