Terbaru

Pemilihan Rektor Dianggap Curang, Mahasiswa Palang Ruang Rektor IKIP Gunungsitoli

Ruang Rektor IKIP Gunungsitoli yang disegel|Foto: istimewa
li, - Proses pemilihan dan penentuan Rektor IKIP Gunungsitoli, Adieli Laoli dianggap curang dan tidak melalui mekanisme yang diatur dalam Statuta IKIP Gunungsitoli. Hal itu ditandai dengan adanya gejolak penolakan dari civitas akademik IKIP Gunungsitoli yakni mahasiswa IKIP Gunungsitoli. 

Dalam orasinya, Wakil Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) IKIP Gunungsitoli, Krisman Zendrato menegaskan bahwa mereka memasang palang di pintu masuk ruang Rektor IKIP Gunungsitoli sebagai bentuk penolakan terhadap rektor yang dipilih secara sepihak oleh Yaperti Nias. 

"Kita mengharapkan proses pemilihan rektor IKIP Gunungsitoli sesuai prosedur dan tidak memaksakan kehendak demi keuntungan pribadi dan kelompok. Senat IKIP berhak menentukan siapa rektor bukan malah meminta petunjuk dari Yaperti Nias. Ini jelas menciderai hak-hak demokrasi senat IKIP," papar Krisman, Rabu (15/09/2021).


Dijelaskannya, bahwa berdasarkan pengakuan sejumlah anggota senat IKIP menyebutkan bahwa yang berpotensi mendukung Adieli Laoli sebagai Rektor hanya sekitar 9 orang dari kurang lebih 30 orang senat IKIP Gunungsitoli. 

"Nah, dengan demikian hasil setiap rapat tidak pernah sah atau tidak kuorum berdasarkan jumlah suara. Namun diduga karena ambisi dan kepentingan, pihak panitia membuat regulasi yang terkesan agar pihak kandidat lawan Adieli Laoli terkesan tidak memenuhi syarat. Lalu kemudian panitia meminta petunjuk dari Yaperti Nias. Sehingga Yaperti Nias hunjuk Adieli secara sepihak dan menganulir keberadaan senat IKIP," tuturnya. 

Berdasarkan hal itu, Krisman menegaskan bahwa mahasiswa IKIP Gunungsitoli akan terus mengawal dan menyatakan sikap penolakan terhadap Adieli Laoli sebagai Rektor dengan alasan bahwa Adieli terlalu dipaksakan untuk dan harus jadi Rektor. 

"Selanjutnya kami berharap kepada teman-teman mahasiswa agar jangan mau diprovokasi oleh oknum dosen tertentu dan kemudian membuat aksi tandingan. Yang rugi adalah kita, kita mahasiswa. Saya tegaskan yang kami suarakan ini ialah keselamatan uang orang tua kita dan generasi penerus kita di dalam kampus. Sistem diktator pimpinan IKIP Gunungsitoli wajib dihentikan," seru Krisman. 

Sementara itu, masih di lingkungan IKIP Gunungsitoli sejumlah anggota senat IKIP Gunungsitoli yang ditemui wartanias.com menyampaikan rasa kekecewaan dan sikap sejumlah oknum senat IKIP Gunungsitoli yang terkesan memaksakan kehendak dan menghilangkan hak-hak demokrasi senat IKIP lainnya. 

"Berdasarkan keputusan dalam rapat awal senat IKIP Gunungsitoli, ada sebanyak 2 orang kandidat rektor IKIP Gunungsitoli yang diajukan oleh senat IKIP. Namun, kerena diduga ada banyak kepentingan pribadi dan kelompok, maka kandidat yang 1 diupayakan untuk disingkirkan dengan dihadapkan pada sejumlah persyaratan. Dan jelas ini ada sebuah upaya konspirasi dan strategi agar Adieli Laoli terpilih secara tersendiri tanpa ada proses pemilihan," ungkap salah seorang dosen yang juga merupakan anggota senat IKIP Gunungsitoli. 

Berdasarkan informasi yang dihimpun wartanias.com, aksi tersebut direncanakan akan terus digelar sebagai bentuk protes dan penolakan terhadap Adieli Laoli sebagai Rektor IKIP Gunungsitoli. (Ferry Harefa)

Iklan

Loading...
 border=