Terbaru

Ternyata Setelah Dikupas Kopi Itu Bijinya Dua

Sihar saat ikut panen Kopi |Foto: istimewa
SAMOSIR - Di sela sela kegiatan di alam bebas yang dilakukan Sihar Sitorus di kawasan Geopark Kaldera Toba (GKT) Samosir, dia menyapa salah seorang petani yang sedang memetik kopi. Dalam sapaannya berbahasa Batak, Sihar menawarkan diri untuk ikut memetik kopi. Dengan syarat petani yang merupakan seorang ibu yang diketahui bernama Rismawati Limbong (52), harus mengajarinya cara memetik kopi, Sabtu (21/4/2018). 

Setelah diizinkan Rismawati, Sihar pun langsung masuk ke kawasan kebun yang berada di kawasan Gunung Pusuk Buhit. Sambil berbincang-bincang dengan Rismawati, Calon Wakil Gubernur (Cawagub) Sumatera Utara (Sumut) nomor urut dua itupun dengan tekun memetik biji kopi yang sudah bisa di panen. "Ini kopinya bisa langsung dimakan atau dirasai," tanya Sihar pada Rismawati.

Sambil tersenyum Rismawati mempersilakan Sihar merasakan kopi merah yang baru dipetik sambil berkata bahwa kopi itu saat dipetik rasanya manis. Sihar yang mendengarkan cerita tentang biji kopi dari Rismawati memakan biji kopi yang dipetiknya. "Ia ternyata biji manis, setelah disangrai baru ada yang pahit dan asam," katanya.

Bukan hanya sampai di situ, Sihar yang mengupas kopi dari kulit cherry nya pun tersenyum sambil menunjukkan dua biji yang ada dalam buah kopi. "Ternyata setelah dikupas kopi itu bijinya dua dibungkus kulitnya. Mau coba? Katanya sambil menawarkannya pada fotografer yang mendokumentasikannya.

Sihar mengatakan bahwa kopi merupakan salah satu geoproduk dari GKT. Bahkan memiliki keunikan yang sangat istimewa. Karena kopi yang diproduksi di kawasan GKT merupakan kopi yang habitatnya tumbuh di bekas letusan Gunung Toba puluhan ribu tahun silam. Sehingga produk kopinya memiliki kualitas yang sangat baik. 

Menurut wakil dari Djarot Saiful Hidayat tersebut pengembangan kopi harus terus dilakukan dengan baik serta harus mampu berkontribusi untuk petaninya. Di sisi lain, lewat produk kopi dan riwayat produksinya masyarakat luas bisa mengenal kawasan Toba. Sehingga ada efek domino untuk kemajuan bersama.

"Kopi terbaik akan dicari oleh penikmatnya. Secara otomatis akan mempromosikan kawasan  habitanya. Karena  itu efek pemasarannya dirasakan petani, efek promosi wilayahnya dapat dimanfaatkan untuk memperkenalkan GKT," ujarnya. (red/rls)

Iklan

Loading...
 border=